Judul tersebut sengaja saya pilih, saya
tahu judul itu provokaif (sampai-sampai temenku yang aku kasih tau, bahwa
aku mau buat artikel dengan judul itu ia bilang aku desperate) tidak saya
tidak seperti itu, saya hanya ingin orang berminat membaca tulisan ini, itu
saja.
Kalau anda pernah membaca novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman Al Ziranzy ada ungkapan yang dipakai Fahri
waktu ngasih advice Nurul melalui suratnya “Cinta sejati dua insan yang bebeda
jenis adalah cinta yang terjalin setelah akad nikah, yaitu cinta kita pada
pasangan kita yang sah. Cinta sebelum akad nikah adalah cinta semu yang tidak
pernah disakralkan dan di agung-agungkan” yah seperti itulah inti dari tulisan
ini.
Yah cinta sejati yang diagung-agungkan
telah menjebak banyak orang jatuh ke jalan kesesatan. Beberapa banyak gadis
yang kehilangan keperawanannya karena cinta sejati, beberapa bayak bayi lahir
diluar nikah atau lahir “premature” (nikah baru lima bulan, eh … bayi dah
nongol) beberapa banyak orang bunuh diri karena gabungan dua kata ini, yah
cinta sejati (True Love).
Lalu apakah kita boleh memiliki cinta
sejati tentu saja boleh dan harus tapi pada pasangan hidup kita yang sah.
So…… kalau kita pacaran jangan
sekali-kali memberikan cinta sejati kita pada pacar kita, alasannya:
1. Belum
tentu pasangan kita memberikan cinta sejatinya pada kita, kalipun dia bilang
bahwa kita adalah cinta sejatinya bisa jadi itu Cuma “lamis” (hanya dibibir
saja) dan kalau itu terjadi dan dia meninggalkan kita, kita bisa patah hati.
2. Belum
tentu yang kita anggap dan rasakan sebagai cinta sejati, bisa kita
pertahankan, bisa saja suatu ketika kita ketemu dengan orang baik, terus cinta
kita berubah, kita kan nggak pernah tau kehendak Sang Muqolibal Qulub!
3. Bahkan
mungkin kalau kita jujur pada pasangan kita tentang prinsip bahwa cinta sejati
kita hanya akan kita berikan pada pasangan hidup kita yang sah (suami atau
istri kita) maka pacar kita akan penasaran seperti apa nikmatnya cinta sejati
yang akan dia rasakan dari kita, karena penasaran itu aku yakin dia akan segera
mengajak kita nikah, bisa jadi kan??
Dengan prinsip seperti itu memang saya
sadari bahwa kita akan di cap sebagai orang yang tidak setia. Itu memang
mungkin terjadi, tetapi ingat kita harus membedakan antara rasa cinta dengan
komitmen atau janji, cinta mungkin memang terjadi bisa berubah tapi komitmen
adalah hal yang tidak boleh kita ingkari.
Kesimpulannya adalah jangn buru-buru
berjanji meskipun kita telah merasakan mencintai, jelajahi dulu, selami dulu
sifat dan prilakunya sampai kita benar-benar yakin kita siap menjadikan pasangan
hidup kita, baru setelah kita yakin barulah boleh berkomitmen, tapi menurut
saya komitmen itu sendiri harus kita fikir masak-masak. Kita telah di ajari
agama, disetiap berkomitmen harus di awali dengan kata “Insya' Allah” (jika
tuhan mengijinkan) jadinya ada faktor diluar kita yang mempengaruhi kata janji
kita, jadi jangan asal sudah dikasih janji terus main “Slonong Boy” aja “BAHAYA”
tidak baik untuk kesehatan jantung “ hehheh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar